Bila PDIP Pilih Ahok-Djarot, Tak Ada yang Konsisten dalam Politik Indonesia
THIS ADS by GOOGLE
THIS ADS by GOOGLE
PDI Perjuangan kemungkinan besar akan memasangkan kadernya Djarot Saiful Hidayat dan Ahok untuk maju di pilkada DKI Jakarta. Menurut pengamat politik Ray Rangkuti, keputusan PDI Perjuangan untuk memasangkan kadernya dengan Ahok merupakan strategi ulur waktu dari partai PDI Perjuangan.
Selain karena menunggu konsolidasi di tingkatan internal partai, keputusan ini diambil juga sebagai strategi agar partai lain gamang memutuskan arah koalisi.
Ray mengatakan bahwa sampai saat ini hanya 2 partai yang sudah terlihat solid mengusung calon untuk pilkada DKI. Partai Gerindra dan PKS sudah setuju untuk koalisi dengan mengusung Sandiaga Uno. Sedangkan, beberapa partai yang masih gamang seperti PAN, PPP, dan Demokrat menurutnya masih menunggu keputusan PDI Perjuangan.
"Partai yang belum jelas ini nanti akan ikut siapa, jika salah memilih koalisi, mereka akan tidak dapat apa-apa," ujar Ray saat dihubungi pada Senin, (19/9/2016).
Ray mengatakan bahwa pilihan PDI Perjuangan terhadap Ahok menurutnya tidak ada kaitannya dengan permusuhan lama Ahok dan PDI Perjuangan. Latar belakang ketidakkonsistenan Ahok maju independen atau lewat partai menurutnya hanya perilaku politisi biasa. Catatan bahwa Ahok pernah menuding mahar politik yang diajukan PDI Perjuangan hanya retorika politisi di Indonesia.
"Tidak ada yang konsisten dalam politik di Indonesia, analisisnya perhari selalu berubah dan mencari politisi yang konsisten itu cuma harapan," ujar Ray.
Keputusan PDI Perjuangan memilih Ahok tambah Ray adalah pilihan strategis dan realistis partai berlambang banteng. Hal ini bisa dilihat dari peluang ke depan untuk PDI Perjuangan. Ahok yang sejatinya adalah orang non partai, dapat diklaim oleh PDI Perjuangan sebagai orang yang memang diuntungkan dengan adanya PDIP Perjuangan. Apalagi, PDI Perjuangan adalah partai yang sejatinya bisa mengusung calon sendiri di pilkada DKI Jakarta.
"Ini pilihan realistis yang dipilih PDIP, apalagi Ahok tidak punya partai dan PDIP bia mengklaim atas Ahok," kata Ray.
Pilihan ini juga tentunya akan menguntungkan bagi PDI Perjuangan ke depan. Ketika suatu saat nanti masa jabatan Ahok berakhir, artinya partai bisa mengusung sosok Djarot untuk menjadi gubernur DKI. Di satu sisi, Risma yang tidak jadi diusung untuk DKI dipersiapkan untuk Jawa Timur dan Ganjar juga akan semakin berkuasa di Jawa Tengah.
"Bisa dibayangkan jika 3 wilayah provinsi ini dikuasai oleh PDI Perjuangan ke depan," kata Ray.
Sumber : http://news.detik.com/berita/3301803/bila-pdip-pilih-ahok-djarot-tak-ada-yang-konsisten-dalam-politik-indonesia
Selain karena menunggu konsolidasi di tingkatan internal partai, keputusan ini diambil juga sebagai strategi agar partai lain gamang memutuskan arah koalisi.
Ray mengatakan bahwa sampai saat ini hanya 2 partai yang sudah terlihat solid mengusung calon untuk pilkada DKI. Partai Gerindra dan PKS sudah setuju untuk koalisi dengan mengusung Sandiaga Uno. Sedangkan, beberapa partai yang masih gamang seperti PAN, PPP, dan Demokrat menurutnya masih menunggu keputusan PDI Perjuangan.
"Partai yang belum jelas ini nanti akan ikut siapa, jika salah memilih koalisi, mereka akan tidak dapat apa-apa," ujar Ray saat dihubungi pada Senin, (19/9/2016).
Ray mengatakan bahwa pilihan PDI Perjuangan terhadap Ahok menurutnya tidak ada kaitannya dengan permusuhan lama Ahok dan PDI Perjuangan. Latar belakang ketidakkonsistenan Ahok maju independen atau lewat partai menurutnya hanya perilaku politisi biasa. Catatan bahwa Ahok pernah menuding mahar politik yang diajukan PDI Perjuangan hanya retorika politisi di Indonesia.
"Tidak ada yang konsisten dalam politik di Indonesia, analisisnya perhari selalu berubah dan mencari politisi yang konsisten itu cuma harapan," ujar Ray.
Keputusan PDI Perjuangan memilih Ahok tambah Ray adalah pilihan strategis dan realistis partai berlambang banteng. Hal ini bisa dilihat dari peluang ke depan untuk PDI Perjuangan. Ahok yang sejatinya adalah orang non partai, dapat diklaim oleh PDI Perjuangan sebagai orang yang memang diuntungkan dengan adanya PDIP Perjuangan. Apalagi, PDI Perjuangan adalah partai yang sejatinya bisa mengusung calon sendiri di pilkada DKI Jakarta.
"Ini pilihan realistis yang dipilih PDIP, apalagi Ahok tidak punya partai dan PDIP bia mengklaim atas Ahok," kata Ray.
Pilihan ini juga tentunya akan menguntungkan bagi PDI Perjuangan ke depan. Ketika suatu saat nanti masa jabatan Ahok berakhir, artinya partai bisa mengusung sosok Djarot untuk menjadi gubernur DKI. Di satu sisi, Risma yang tidak jadi diusung untuk DKI dipersiapkan untuk Jawa Timur dan Ganjar juga akan semakin berkuasa di Jawa Tengah.
"Bisa dibayangkan jika 3 wilayah provinsi ini dikuasai oleh PDI Perjuangan ke depan," kata Ray.
Sumber : http://news.detik.com/berita/3301803/bila-pdip-pilih-ahok-djarot-tak-ada-yang-konsisten-dalam-politik-indonesia
loading...